Alhamdulillah setelah bertahun-tahun jualan dengan cara ngambil barang dari Tokopedia. Dimulai dari Dropship, kemudian nyetok sendiri.
Dan akhirnya sekitar 15 hari yang lalu saya berkesempatan ke China. Tepatnya tanggal 12-26 September 2019.

Kami bertiga. Saya, Om Hisyam (Founder dan CEO AFRA KIDS) dan Om Nabil (Pejabat AFRA KIDS). Berangkat pukul 9:30 dari Bandara Sukarno Hatta dan mendarat di Bandar Udara Internasional Baiyun Guangzhou sekitar pukul 14:30 waktu setempat.
Ada perbedaan satu jam Jakarta dan Guangzhou. Jakarta jam 1, Guangzhou berarti jam 2.
Setelah mendarat kami langsung antri di bagian imigrasi. Antriannya lumayan. Hampir sejam. Saya ga ditanya macem-macem. Kasi Passport, foto, ambil sidik jari trus dipersilakan lewat.
Om Nabil kebagian sial, ditanyain keperluan apa dan sebagainya. Beruntung beliau ada foto-foto tas di HP.
Pas ditanya keperluannya apa. Beliau jawab mau beli tas. Ditanyain mana foto tas di HP? Beliau kasi unjuk, baru dipersilakan lewat.
Tips: Sediakan foto barang yang mau dibeli di HP buat jaga-jaga bila ditanyain di Bandara.
Dari Bandara kami langsung naik Subway menuju Hotel. Kami menginap di Timmy Hotel di tengah kota Guangzhou. Tarifnya macem-macem. Yang kami tempati sekitar enam ratus ribuan semalam. Kami menginap 3 malam disini.
Malamnya kami jalan ke bawah, ada mall di bawah tanah, buat beli-beli beberapa keperluan. Iseng-iseng saya bandingin harga buah yang ada di Guangzhou dan Mall-Mall di Jakarta. Bisa kawan-kawan tonton dibawah
Kesan Saya pertama kali menginjakkan kaki di Guangzhou adalah kota ini begitu bersih dan rapi.
Banyak orang merokok. Tapi ga ada puntung rokok berserakan.
Kotanya bersih, sepasang kotak sampah. Organik dan non organik ada dimana-mana.
Jalanan lancar. Ada macet tapi jelas ga separah Bogor, malah lebih parah Padang.
Jalanannya bagus. Sudirman semua gaes, ga ada jalan kecil berlobang atau motor yang tiba-tiba motong dari kiri wkwkwk.
Guangzhou adalah kota modern yang tradisional. Ibukota Propinsi Guangdong. Pintu gerbangnya China selatan. Dengan luas wilayah mencapai 7.434 km persegi, menurut Wikipedia penduduk Guangzhou ada sekitar 15 Juta orang

Besoknya hari pertama. Kami langsung jalan. Agenda hari ini adalah beli bahan tas. Saya ga tau arah secara baru pertama kali ke China, jadi saya ngikutin aja kemana om Hisyam pergi π
Kami naik kereta subway, berhenti untuk pindah Line, kemudian naik bus

Kemudian sampailah ke sebuah daerah yang isinya jualan bahan semua, kami jalan ngecek toko satu persatu, mana panas lagi :D.
Karena kecapekan, kami pulang naik taxi. Taxi gelap banyak disini, yang tarifnya bisa ditawar-tawar. Kami kena sekitar 200 Yuan waktu itu balik ke hotel. Lumayan jauh.
Sampai Kamis, kami muter-muter di Guangzhou. Lihat pabrik tas, pakaian dalam dll.
Ada sebuah daerah yang isinya tas semua. Semua toko tas. Dan tiap toko model tasnya beda. Luar biasa sekali gaes.
Begitupun dengan pakaian dalam. Kami masuk ke sebuah mall, kaya ITC lah kalo di Jakarta. Tapi isinya pakaian dalam semua. Dan kebanyakan barang yang ada disitu cuma “display” doang. Maksudnya cuma buat contoh. Ga dijual eceran.
Shenzhen Kota Kedua
Kamis kami berangkat ke Shenzhen. Kami sudah janjian dengan beberapa vendor disana.
Kami berangkat naik kereta di stasiun yang saya ga tau namanya π

Tapi yang jelas suasananya rame, panas, tempat beli tiket dan pintu masuk kereta lumayan jauh, dan antrinya minta ampun

Guangzhou-Shenzhen sekitar satu jam perjalanan dengan kereta, kami menginap di sebuah hotel yang saya lupa lagi namanya xixixi
Hotel ini berada di dekat Grand Theater Station

Selama di Shenzhen kami menemui vendor Arloji, Pakaian Dalam, Lunchset Silikon dan Lunchset Plastik. Kami dijemput pake Porsche, Audi dan URV.
Kapan lagi disopirin pake mobil mewah gaes π

Setelah ngobrol dan diskusi bisnis kami selalu dibawa makan, dan om Hisyam bilang bahwa kami Muslim jadi kami pastikan selalu makan di restoran Muslim.
Makan menjadi tantangan tersendiri di China, detail akan saya ceritakan di bawah.


Para Vendor ini, mereka memiliki budaya yang sangat baik dalam menyambut tamu. Mulai dari dijemput, diajak makan. Sampai beberapa memberi ucapan selamat datang

Oh iya, hampir lupa. Ketika kita bertamu, minuman yang umum ditawari adalah teh. Mereka selalu punya teh di meja. Meja ini di desain khusus sehingga bisa mencuci gelas diatas meja tersebut.
Dan ketika kita minum, mereka tidak akan membiarkan gelas kita kosong, mereka akan terus mengisi gelas kita dengan teh sehabis kita minum. Begitu terus. Tanpa diminta.

Dan seperti biasa, sehabis ngobrol kita biasanya poto-poto buat dokumentasi


Setelah dari Shenzhen, kami balik lagi ke Guangzhou buat lihat-lihat pabrik tas



Shanghai Kota Terakhir
Dari Guangzhou kami naik kereta cepat ke Shanghai. Jaraknya 1,434 Km. Lebih jauh dari Jakarta-Padang yang cuma 1300an Km.

Dan perjalanan dengan kereta ini cuma sekitar 6 jam dengan 2 kali pemberhentian. Bandingkan dengan Jakarta-Padang yang butuh 30 Jam dengan Bis π
Bullet Train alias kereta peluru ini speednya bisa diatas 300 Km/Jam


Sampainya di Shanghai, kami keluar melewati antrian yang bikin lemes otot dengkul

Di Shanghai kami ga punya agenda bisnis, cuma menghabiskan istirahat satu hari sebelum balik ke Jakarta. Kami jalan-jalan di Shanghai Old Town dan sebuah sungai besar dimana banyak turis foto-foto.
Ketika saya googling nama sungai yang cantik ini Huangpu River. Saya ga tau bener apa salah.
Hal Yang Mesti Dipersiapkan Kalau Mau ke China
Berikut adalah fakta-fakta yang patut kawan-kawan simak. Jadi kawan-kawan bisa tau apa saja yang mesti dipersiapkan kalau mau jalan ke China
- Di China Toilet Ga Ada Air
Maksudnya disini adalah air buat cebok. Mereka ceboknya pake tisu. Jadi yang mau ke China siap-siap bawa air mineral kemana-mana.
Ini penampakan toilet sebuah Hotel di Shenzen. Mana semprotan ceboknya? π

Dan ini contoh toilet yang berada di gedung perkantoran di kota Shenzhen


Mana airnya? wkkwkw
2. Di China Susah Nyari Orang yang Ngomong English
Meskipun panduan dan rambu-rambu lengkap, tapi ketika kamu nyasar atau bingung. Jangan harap bisa nanya ke orang di jalanan.
Mereka baik-baik. Masalahnya mereka ga paham english.
Jangankan orang biasa, sekelas customer service di stasiun atau bahkan resepsionis hotel Ibis ga bisa ngomong english.

Saya ga tahu karena apa, mungkin karena negaranya agak tertutup. Ga bisa fesbukan, ga bisa make google. Akses Whatsapp mesti pake VPN dan di 3 Hotel yang saya singgahi, saya ga nemuin saluran TV internasional kaya Fox Network atau National Geographic.
Yang ada 6 saluran TV bahasa China semua


3. Susah Nyari Restoran Halal
Kalau mau makan, kamu akan kesusahan nyari restoran halal. Karena ga ada tandanya di depan restoran.
Yang membedakan restoran muslim dan bukan muslim di China adalah pelayannya.
Pelayan wanita memakai semacam tutup kepala berwarna hitam

Dan pelayan pria memakai tutup kepala berwarna putih. Kaya topi pak Haji kalo disini π

4. Orang China Makannya Banyak
Bener Gaes, satu porsi bisa buat 2-3 orang kalo disini. Tapi anehnya badan mereka kecil-kecil. Langsing-langsing. Jarang sekali saya menemukan orang gendut di jalanan.
Mungkin karena mereka banyak jalan. Kalo mau naik kereta Subway misal, mesti jalan ber kilometer buat ke stasiun, beli tiket sebelum naik kereta.


5. Orang China Teratur dan Tertib
Saya ge nemuin preman yang ngopi-ngopi di pinggir jalan, atau gelandangan. Atau pengamen yang datang pas kita lagi asik makan di kedai.
Mereka tertib dan teratur. Kalo mau naik kereta semua sepeda listrik di parkir di stasiun.
Kalo naik eskalator, jalur kanan khusus buat orang yang buru-buru
Antrian jangan ditanya. Ga ada yang nyelonong. Semuanya berbaris di line


7. Kota-Kota di China Rapi dan Bersih
Setidaknya itulah kesan saya setelah mengunjungi 3 Kota di China. Ga ada daun kering berserakan di jalan, ga ada puntung rokok dibuang sembarangan. Bahkan sampai pegangan eskalator ada tukang lapnya gaes



8. Warga China Maniak Smartphone
Kecanduan warga China kepada Smartphone luar biasa sekali. Ga dijalanan, ga di kereta. Dimana-mana pasti banyak warga China, terutama yang muda-muda main HP.
Pernah iseng-iseng saya intip di kereta, ternyata mayoritas mereka main game dan nonton sinetron π


9. Susah Nyari Mesjid di China
Waktu makan di Shenzhen. Kami iseng nanya, dimana masjid terdekat?
“oh deket” kata pelayan restoran tersebut
” Berapa jauh?” tanya kami
” Sekitar 10 Km” Kata doi wkwkw
Disini saya ingat kota Padang. Kota dimana kamu bisa tinggal dimanapun dan jarak Masjid paling jauh cuma 100 Meter.
Kami cuma nemuin satu Masjid di Shanghai. Tempatnya agak tertutup. Pintu masuknya kecil. Dari luar lebih kaya rumah biasa.


10. China Surga Pecinta Buah
Selain surganya barang import. Bagi yang suka buah seperti saya, China cocok sekali. Di pinggir jalan banyak buah dijual dan bisa langsung dimakan. Kedai dan peralatannya bersih-bersih


Itulah kisah saya pertama kali ke China dan 10 Fakta tentang negeri China yang patut kawan-pertimbangkan kalau mau ke China.
Dan terakhir saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Om Hisyam dan Om Nabil yang sudah membawa Saya ke China.
Perjalanan ini benar-benar membuka cakrawala dan Mindset saya tentang bisnis.
Berikut Foto-Foto pas di China yang sayang kalo ga dibagiin














Leave a Reply